DESA WATUAGUNG
Ikhwal terjadinya
pulau mengare diyakini adalah sebuah ular jelmaan dari pangeran Solo melamar
putri Melirang, ketika dalam perjalanan pangeran Solo dipesan oleh ibunya
dilarang tidur dalam perjalanannya, akan tetapi dia tertidur dalam
perjalanannya melamar putri melirang, dan ketika terbangun ia kebingunan dan
terapungdi lautan luas dekat pulau Madura, pangeran Solo tidak akan kembali
dengan tangan hampa, singkat cerita pangeran Solo menjelma menjadi ular besar
dan membentuk daratan yang sangat luas, Ainun Najib ahli sejarah dalam babat
pulau mengare juga menuturkan bahwa pulau mengare yang membentang luas ini
adalah jelmaan dari pangeran Solo yang melamar putri Melirang. Dari rangkaian
cerita ini terbentuklah pulau Mengare dan terbagi dalam tiga desa yaitu Watu
Agung, Tajung Widoro dan Kramat.
Desa Watuagung adalah
salah satu cerita dari jelmaan Pangeran Solo, Mascot (jimat) Watuagung berasal
dari bahasa jawa watu berarti batu dan agung berarti besar artinya batu besar.
Sekarang sisa-sisa peninggalan batunya masih ada tepatnya di belakang balai
desa.
Ainun Najib menuturkan
bahwa sebelum Islam datang tempat ini sering digunakan sebagai tempat pemujaan,
karena dipercaya mempenyai kekuatan mistik yang luar biasa, batu agung semakin
mendarah daging di lingkungan penduduk setempat dan masyarakat sekitar.
Disebelah batu tersebut didirikan padepokan guna tempat pemujaan, dan ditempat
itulah banyak berkumpul masyarakat, dan dengan berkumpulnya masyarakat disitu
pulalah nama watuagung dijadikan dan disepakati menjadi nama desa. Padepokan
tersebut dengan berkembangnya waktu sekarang menjadi balai desa Watuagung.
Ainun juga menuturkan
bahwa Islam pertama kali masuk pulau Mengare melalui pelabuhan Jara Tagung Desa
Watuagung, akan tetapi versi lain mengatakan Islam pertama kali masuk di daerah
Leran, setelah masuknya Islam kepercayaan masyarakat pada batu agung semakin
memudar dan berganti dengan kepercayaan agama Islam. Maka Batu Agung sekarang
hanya tinggal sebuah cerita.
Pemerintahan desa
Watuagung pertama kali dipegang oleh bapak Noor Hasan, , dia memerintah di
jaman penjajahan Belanda, dijaman penjajahan Jepang Watuagung diperintah oleh
Bapak Askor, Jaman Kemerdekaan diperintah oleh Bapak Aslikhin, Majid, Zainul
Mu’allimin dan digantikan bapak Ali Hasan pada periode ini.
Dan sekarang Desa
Watuagung masuk dalam pemerintahan kecamatan Bungah Kabupaten Gresik.
PRODUK UNGGULAN :
kerupuk, terasi, bandeng sapit, otak-otak, sate concong, kue lumpur & Brot, dan pepes ikan
SATE CONCONG
NARASUMBER
Nama
: Mbah Nardi
Umur
: ± 100 Tahun
Jabatan
: Sesepuh Des