DESA MELIRANG
Desa melirang terbagi menjadi Sembilan Pedukuan atau Dusun yang
terpisahkan antara dusun satu dengan yang lainya berupa lahan perkebunan dan
lahan tidur.
1. Melirang
wetan
2.
Melirang kulon
3.
Galalo
4.
Kalimalang
5.
Pereng kulon
6.
Pereng wetan
7.
Nongko
8.
Sidodadi.
9. Sebenarnya
ada satu dusun lagi yang mengalami bedol dusun yang myarakatnya pindah ke
daerah lain yakni dusun pengkol. Dan dusun ini tinggal beberapa rumah yang
tidak berpenghuni sehingga sekarang dusun tersebut dihapuskan.
Asal - muasal nama desa
melirang adalah menurut legenda dan cerita rakyat yang berkembang di masyarakat
desa melirang. Bermula pada saat tanah jawa dikuasai oleh kerajaan kediri yang
pada waktu itu ada seorang putri dari kediri karena melakukan suatu kesalahan
sehingga di buang didaerah sekitar desa melirang. Putri itu diasingkan dengan
beberapa abdi dari kerajaan kediri kemudian putri terdebut mendirikan sebuah
rumah yang besar dibukit kedaton putrid itu bernama putri putut kedaton atau
ada yang menyebutnya putri candi kedaton, dan juga putri tersebut mendirikan
sebuah candi diatas sebuah bukit, 200 meter dibelakan balai desa, desa melirang
sekarang. Peninggalan putri yang lainya yakni berupa telaga yang di namai
telogo bungsung dan sebuah sendang atau tenpat pemandian umun yang berada
didesa melirang wetan yang dinamai sendang pancuran.
Pada
saat saat itu putri sedang melakukan aktifitasnya sehari-hari di tanah
pengasingan tersebut. Ia sedang menyulam sebuan baju dan alat sulamnya terjatuh
kedalam telaga bungsung, terus ia membuat sayembara barang siapa yang dapat
menemukan alat sulamnya maka ia akan menjdi suaminya kalau laki-laki dan akan
menjadi saudaranya jika ia seorang perempuan. Alangkah terkejutnya putri putut
kedaton merlihat yang menemukanya adalah seekor anjing hitam berjenis kelamin
jantan. Anjing tersebut adalah jelmaan manusia yang dikutuk oleh dewa karena
melakukan perbuatan yang tidak terpujih dan kebetulan anjing tersebut mendengar
ucapan putri candi bang, karena sudah berjanji maka putri menikahi anjing
tersebut. Anjing tersebut bernama asu blangyoyang. Dari hasil perkawinannya
putri dikaruhniai seorang anak laki-laki yang tampan yang diberi nama pangeran
butoseno.
Pada suatu hari pangeran butoseno telah genab berusia 12 tahun, pada waktu itu
ibunya ingin sekali memasak hati seekor rusa sehingga menyuru pangeran boto
seno untuk berburu rusa, brangkatlah pangeran boto seno kedalam hutan ditemani
oleh anjing blangyoyang seharian mencari rusa namun ia tidak mendapatkannya
sehingga ia kesal kemudian ia membunuh asu balngyoyang dan mengambil hatinya
karena ia takut pada ibunya tidak dapat hati rusa. Pangeran botoseno tidak tahu
kalau anjing yang dibunuhnya itu adalah ayahnya sendiri sedangkan jasad anjing
tersebut dimakamkan disebuah gundukan tanah yang agak tinggi oleh masyarakat
sekarang dinamakan gunung kolo mongso. Kemudian ia pulang dengan membawah
hati anjing tersebut dan diberikan kepada ibunya. Ibunya langsung memasak
hati suaminya yang disangka putrid adalah hati rusa. Pada saat makan hati rusa
ibunya bertanya kepada butoseno dimana anjing blangyoyang, botoseno mengaku
kalau hati yang dimakan ibunya itu adalah hati anjing yang dibunuhnya. Dengan
marah ibunya langsung memukul kepalah anaknya dengan sebuah sewur atau gayung
air yang terbuat dari batok kelapa sehingga kepala butoseno terluka ibunya
mengutuk butoseno dan menjelaskan bahwa yang dibunuh butoseno itu ayahnya,
butoseno diusir dari kedaton ia berlari kearah selatan pada depan sebuah pintu
goa ia berhenti, karena lapar ia merlihat seekor ayam hutan masuk kedalam
sebuah goa yang sekarang dinamai oleh masyarakat adalah goa busono. Yakni
sekarang berada di dusun melirang kulon. Pangeran butoseno berlari mengejar
ayam tersebut masuk kedalam goa busono sampai didalamnya ia tersesat masuk
lorong yang panjang mengarah kearah selatan. Ia bejalan terus menyusuri lorong
goa sampai pada ujungnya ia keluar dari goa busono sampai goa karangbolong yang
berada di dipantai selatan yogjakarta.
Pangeran butoseno setibahnya dipantai selatan ia bertemu dengan seorang gadis
cantik mengenakan pakaian hijau dan bermahkotakan intan kebiruan ia mengaku bernama
putrid tunjung biru atau masyarakat disana menyebutnya nyi lorokidul. Oleh
putri tunjung biru butoseno dirawat dan diajari kesaktian yang luarbiasa sampai
ia genab berumur 25 tahun. Setelah 13 tahun meninggalkan ibunya ia sudah tidak
lagi ingat siapa dirinya dan ibunya, kemudia ia disuru oleh nyai lorokidul
kembali masuk kedalam goa asal dia pertamakali dating ke pantai selatan pulau
jawa. Sesampainya ia keluar dari goa busono ia berjalan ke dalam hutan
tiba-tiba ia melihat seorang wanita cantik yang sedan mandi di sebuan sendang
yakni sendang pancuran, ia langsung menaruh hati pada wanita tersebut setelah
mandi wanita itu berjalan menujuh sebuah rumah yang besar dan dikelilingi
rumah-rumah kecil disekitarnya lalu ia menggoda wanita tersebut dan mengutarahkan
isi hatinya bahwa ia menyukai wanita itu. Wanita itu tiada lain adalah putri
candi bang ibunya sendiri. Wanita itu juga menyukai laki-laki tersebut. Karena
putri putut kedaton itu mempunyai kesaktian untuk awetmuda sehingga ia tidak
terkesan tua. Pada saat melamar putri kepala pangeran butoseno diusab oleh
putri putut kedaton ia melihat bekas luka pada kepala pangeran putri teringat
anaknya yang 13 tahun lalu dipukulnya sehingga terluka, ia merasa bahwa
laki-laki tersebut adalah anaknya sehingga ia menolak lamaran pangeran buto
seno. Sehari kemudia putri masuk kedalam candi dan bertanya kepada dewa apakan
yang melamar ia adalah anaknya yang 13 tahun lalu menghilang. Putri mendapat
petunjuk dari dewa bahwa pangeran yang melamarnya adalah anaknya, dan dewa
tersebut memberi petunjuk untuk putri kawin dengan pangeran namun dengan syarat
pangeran butoseno harus melingkari sebuah bukit dengan tubuhnya, kemudian putri
menemui pangeran dan menyampaikan petunjuk dari dewa mengenai syarat untuk
mengawini putri. Pangeran butoseno menyanggupi syarat tersebut dengan
kesaktianya yang diperoleh saat berguru di pantai selatan ia merubah tubuhnya
menjadi seekor naga, dengan membelikan tubunya naga tersebut melingkari bukit
kedaton namun tidak cukup lalu sang naga menjulurkan lidahnya dengan tujuan
dapat menyentu ekornya jadi ia bias dianggap berhasil melingkari bukit kedaton
tersebut. Mengetahui hal itu putri merasa kalau ibu dan anak tidak boleh
menikah putri bergegas mengambil sebuah pedang dan memotong lidah nada tersebut
dengan sekejab naga itu berubah kembali menjadi pangeran butoseno lalu ia
bertanya kepada putri bahwa usahanya yang hampir berhasil untuk
melingkari bukit tersebut namun digagalkan oleh putri. Putri menjawab dan
menceritahkan bahwa ia ibunya jadi tidak boleh kawin dengan anaknya. Dengan
marah pangeran boto seno sekuat tenaga menendang sebuah tempat air atau gentong
tetapi tidak kena melainkan tendanggan botoseno mengenai tanah pada kaki bukit
kedaton sehingga terlempar keselatan yang sekarang menjadi sebuah bukit di
sleman yogjakarta yaitu bukit gunung kidul. Di tengah-tengah bukit tersebut
keluar gumpalan kuning yang mengeluarkan gas panas. Yaitu berupa tambang
belerang lalu pangeran buto seno terbang kearah barat dan tidak kembali lagi.
Belerang yang keluar
dari dalam bukit tersebut dimanfaatkan oleh para penduduk dan penduduk itu
sendiri adalah para abdi yang mengawal putri saat diusir dari kerajaan kediri
dan berkeluarga beranak-pinak di perkampungan dan perkampungan tersebut bernama
melirang. Kata-kata melirang berasal dari kata welirang atau belerang yang
kelama-lamahan berubah bunyi menjadi melirang.
Narasumber :
nama : akhwan
umur : 52
tahun
alamat : melirang wetan rt.
02 rw. I no. 17
jabatan : tokoh masyarakat