DESA TAJUNGWIDORO
Tajungwidoro merupakan salah satu desa yang
berada di Wilayah Mengare, nama Tajungwidoro atau Ujungdoro ini diambil dari
petualangan salah seorang tokoh yang menurut cerita dalam babat tanah Mengare
bernama Joko Mustopo, Joko Mustopo ini adalah tokoh sakti yang memiliki dua
senjata Gongseng kencono dan Caluk Cerancam, kedua senjata ini mempunyai fungsi
yang berbeda, tatapi keduanya saling mendukung peran bagi pemiliknya, karena
Gongseng Kencono dapat digunakan untuk berjalan di atas air sedangkan Caluk
Cerancam bisa membawa pemiliknya terbang.
Konon Caluk Cerancam ini merupakan pemberian dari seorang janda tua yang
merupakan gurunya dan sekaligus merupakan ibu angkatnya. Adapun Gongseng
Kencono ini berasal dari seekor binatang yaitu babi hutan atau celeng yang
direbut oleh Joko Mustopo, karena Joko Mustopo sangat tertarik dengan kesaktian
Celeng tersebut yang bisa berjalan di atas air.
Menurut cerita Joko Mustopo sedang berada di muara bengawan solo yang terletak
di ujung timur utara wilayah Mengare, ketika iut sedang melihat ada seekor babi
lautan yang sedang berjalan di atas air menuju ke arahnya menetang ingin
mengajak berperang, Joko Mustopo hamper kewalahan menghadapinya, tetapi pada
akhirnya kalung di leher celeng yang berupa Gongseng Kencono itu dapat di rebut
dan Babi hutan berlari kea rah barat dan meniggal di pinggir sungai dan konon
akhirnya menjadi sebuah batu yang berbentuk Celeng dan daerah ini sekarang
dinamakan Watu Celeng.
Setelah ditinggal lari oleh Babi Hutan yang telah dikalahkan tadi, Joko Mustopo
merasa lapar dan haus kemudian ia berjalan menelusuri pantai dan menemukan
banyak tumbuhan “Doro” yaitu pohon yang tangkai dan rantingnya sedikit berduri
tetapi buahnya manis, buah inilah yang dapat menolong Joko Mustopo dari rasa
laparnya, kemudian dia berucap “Besok nek ono rejane jaman deso iki tak arani
Ujungdoro” sekarang dikenal dengan nama “Tajungwidoro” yang menurut analisa
berasal dari “Tanjung wit doro”.
Desa ini sekarang terdapat enam dusun yang masing – masing dusun memiliki
sejarah dusun – dusun itu adalah Tanjungsari - sidorukun, dusun Pesisir barat –
Dusun Sumber sari, dusun Salafiah dan dusun Sidofajar atau Pesanggraan.
Salah satu sejarah dusun yang unik adalah dusun Sumber Sari, dinamakan Sumber
Sari karena di situ terdapat sebuah sumur yang airnya tidak pernah habis
walaupun telah diambil oleh seluruh warga desa untuk air minum, konon sumur ini
merupakan sumur buatan seorang wali yang diperlakukan tidak adil oleh salah
seorang warga. Menurut cerita ada orang lewat dan merasa haus, dan di kampung
tersebut ada warga yang memiliki pohon tebu,orang asing itu minta tetapi tidak
diberi, malah tebu yang dimilikinya itu dikatakan bukan tebu tetapi pohon
perumpung, lalu orang asing itu berucap “Mugo – mugo dadio perumpung temenan”
(mudah – mudahan jadi perumpung sungguhan), maka benar pohon tebu itu jadi
pohon perumpung. Kemudian orang asing itu dengan tangannya tanpa menggunakan
bantuan alat apapun mengali tanah yang berbatu dan akhirnya keluar sumber mata
air yang luar biasa jernihnya, sampai sekarang sumur yang kedalamannya hanya
kurang lebih 75 cm itu dijadikan suber air minum warga Desa Tajungwidoro.
PRODUK UNGGULAN:
petis & terasi udang, kripik & krupuk concong, krupuk ikan,
krupuk ikan payus, krupuk kembang, pakaian jadi, dumpa/lupa-lupa, bakso
ikan, ikan asin, bongko kopyor, krupuk muni, kue kering buah
mangrup/api-api, otak-otak bandeng
KUE KERING BERBAHAN MANGROVE
Narasumber :
Nama : H. Khafid
Umur : 56 Tahun
Jabatan : Tokoh Masyarakat