RACI WEATAN
Desa raci Wetan sebelum masa pemerintahan Demang Danipa berada di Raci Delanyar sedangkan di
Raci Wetan sendiri dulunya dikenal dengan nama Desa Ngablak. Sehingga pada saat
itu Demang Danipa adalah salah seorang yang bertempat tinggal di Desa Ngablak,
ketika beliau diangkat menjadi Demang maka yang dulunya bernama Ngablak menjadi
Raci Wetan. Karena disebabkan Demang yang dulunya bertempat tinggal di Desa
Ngablak dan akhirnya menjadi desa Raci
Wetan.
Pada masa pemerintahan Bupati Raden Badrun pada tahun 1910 M. belanda mulai
melancarkan strategi barunya. Lalu raden badrun dipindahkan ke Jombang,
kemudian sidayupun dirubah kedudukannya menjadi satuan wilayah yang lebih rendah
yaitu kawedanan. Belanda juga menempatkan lurah (Demang) hanya untuk loyalitas
dirinya. Adanya dukungan belanda sebagai satuan wilayah yang kecil dengan Raja
kecil-kecilnya pula. Kata raci merupakan kemerdekaan raja-raja kecil dan pada
masa itu bermunculan nama-nama raci dan salah satunya adalah Raci Wetan.
Menurut cerita tokoh desa Raci Wetan, konon desa tersebut dipimpin oleh salah
seorang raja kecil yang bernama Sumitro Joyo Negoro. Kepemimpinan raja-raja kecil ditingkat
desa/kelurahan tersebut. Secara berurutan raja-raja kecil tersebut :
1.
Sumitro joyo negoro
2.
Demang Lengket
3.
Demang Sindu Putih
4.
R. Masharyo Kusumo
Cipto Wiryo
Dengan munculnya
beberapa nama Raci :
- Sebelah selatan anak kali
solo bagian wetan (timur), diberi nama Raci Wetan dan merupakan bagian
wilayah bungah.
- Di sebelah utara anak kali
solo bagian tengah diberi nama Desa Raci Tengah dan merupakan wilayah bagian
Sidayu.
- Di sebelah utara anaka kali
solo bagian kulon (barat), di beri nama Desa Raci Kulon dan merupakan dari
wilayah Sidayu.
Suatu ketika ada seorang yang bernama Kanjeng Sepuh yang sedang lewat disebelah utara anak
kali solo, beliau mengatakan bahwa daerah yang dilewati tersebut merupakan
daerah/wilayah Sidayu.
Kemudian dimasa pemerintahan Kanjeng Sepuh selama (39 th). Selalu menentang
dengan orang-orang belanda, sehingga belanda merasa takut dan tidak berani
menekan rakyat terutama daerah sidayu. Setelah itu beliau meninggal pada tahun
1856 M.
Masyarakat desa Raci Wetan kala itu merasakan dalam hidupnya kurang aman dan
merasa terganngu oleh para perampok dan lainnya. Dan pada saat itu hidupnya
berpencar dan berpindah-pindah, pada suatu ketika ada seorang yang berani
menempati desa tersebut dan merasa aman dan tidak merasa terganggu lagi oleh
para perampok dan lainnya, akhirnya semua warga yang dulunya berpencar-pencar
dan berpindah-pindah menjadi kumpul kembali di Desa Raci Wetan.
Narasumber :
Bpk. H. Munawar Bin Madarib Bin H. Thohir ( Kaur Kesra )
Moh. Alfan Bin Ahmad Aly ( Ustadz )